Jumat, 10 April 2015
Harga Anjlok- Pupuk Langka, Awas
Begundal Mafia Impor Bermain?!?
Jateng_Barakindo- Lagi-lagi Perum
Bulog menolak membeli gabah/beras petani lokal dengan alasan tidak memenuhi
syarat Inpres Nomor 5 Tahun 2015. Akibatnya, stok pengadaan Perum Bulog hingga
April 2014 ini masih jauh dari harapan.
Hal itu diakui oleh Perum Bulog Subdivre Banyumas, Jawa Tengah
(Jateng). Humas Bulog Banyumas, M Priyono mengungkapkan, hingga kini pihaknya
baru berhasil melakukan pengadaan sebesar 295 ton, yang terdiri atas 150 ton Gabah
Kering Giling (GKG) dan 145 ton beras.
"Masih minim, karena kami banyak menolak beras dan gabah yang
disetor. Bulog Banyumas sangat selektif dalam menerima penyerapan. Semuanya
harus sesuai dengan Inpres No 5 Tahun 2015 tentang Harga Pembelian Pemerintah
(HPP)," ujar Priyono.
Menurutnya, sesuai aturan, gabah kering panen Rp 3.700 per Kg dengan
syarat kadar air maksimal 25 persen, dan hampa kotoran maksimal 10 persen.
"Kalau tidak sesuai, otomatis harga gabah lebih rendah. Baru nantinya
mitra akan melakukan pengeringan dan disetor dalam bentuk GKG. Itu pun masih
banyak yang ditolak, karena masih di bawah standar," akunya seperti
dikutip mediaindonesia,
kemarin. Priyono beralasan, jika Perum Bulog menerima gabah asal-asalan, nantinya
akan disalahkan oleh pemerintah.
Hal sama juga dialami para petani di Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Target pengadaan beras Bulog Subdivre Madiun tahun ini mencapai 52 ribu ton. Namun
pada triwulan pertama atau April baru mencapai 205 ton setara beras, dan 308
gabah kering giling. Minimnya penyerapan beras dan gabah dari petani karena
kualitas gabah kering panen sangat rendah.
Begitu pula dengan Perum Bulog Divre Jateng di Semarang yang juga
kesulitan memenuhi target pengadaan beras dari petani lokal. "Saat ini,
petani cenderung menjual hasil panen di pasaran yang harganya lebih tinggi dari
HPP," kata Kepala Bulog Divre Jateng, Damin Hartono. Kata Damin, dari total
kebutuhan lokal pada 2015 sebanyak 525.000 ton, tetapi faktanya sampai saat ini
baru terpenuhi 2.600 ton.
Harga Anjlok, Pupuk Langka
Sementara di Kabupaten Malang, para petani mengeluhkan merosotnya harga
gabah yang berlangsung cepat dari Rp 4.300 menjadi Rp 3.500 per Kg. Harga beras
pun ikut turun. Selain harga gabah dan beras, para petani saat memasuki musim
tanam mulai kesulitan mendapatkan pupuk bersubsidi.
Kualitas gabah dan beras petani yang dianggap rendah, selain dipicu
masalah cuaca, juga penyuluhan yang tidak maksimal. Seperti di Tasikmalaya,
Jawa Barat, Bupati setempat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan produktivitas di sektor
pertanian belum maksimal. Para petani masih menggunakan metode tradisional
dalam menanam padi ataupun tanaman pangan lain. Hal itu ditambah dengan
minimnya tenaga penyuluh pertanian. "Tasikmalaya masih membutuhkan 215
penyuluh pertanian," kata Uu.
Sejumlah pihak mengkhawatirkan, anjloknya harga gabah dan langkanya
pupuk ditingkat petani, adalah bagian dari permainan begundal-begundal importir
yang hendak merampas pasar petani lokal menggunakan beras impor. (Redaksi)*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar