Kamis, 17 Januari 2013
Jakarta_BARAK- Sekeras apapun suara
kaum tani nasional menolak impor beras oleh pemerintah, tidak juga mampu
membendung niatan pemerintah dengan sukutu-sekutunya (importir-Red) untuk “mencari rente” dari hasil
impor. Sebagian kalangan bahkan menganggap, bahwa impor adalah cara ampuh untuk
“merampok” hak sekaligus martabat petani NKRI secara legal.
Bonang, Koordinato Nasional
Protanikita, menilai keputusan pemerintah untuk melakukan impor beras hanyalah
jalan pintas agar pemerintah tidak kehilangan muka setelah gagal menjadikan
produk pertanian nasional mampu bersaing dengan negara-negara lain.
“Sudah seharusnya pemerintah
introspeksi diri. Kenyataannya, kita makin jauh dari swasembada beras. Karena
tanpa kemauan politik yang jelas, petani kita tetap saja terpinggirkan,” kata
Bonang, Kamis (17/1/2013).
Menurutnya, impor beras oleh
pemerintah hanya akan masyarakat tani nasional semakin terpinggir
(marginalisasi). Sebab, selain persoalan beras impor, petani juga masih harus
mengahadapi persoalan lain, seperti infrastruktur pertanian berupa irigasi lama
yang dibiarkan rusak, dan tidak pernah dibangun jaringan irigasi yang baru.
“Pemerintah hanya membangun jalan tol
dan pelabuhan dengan ganti rugi tanah murah untuk mempermudah mengeruk
hasil tambang, hutan, dan kebun. Dan semua itu menggunakan uang utang yang
harus ditanggung oleh rakyat,” jelas Bonang.
Dipihak lain, M Hatta Taliwang dari
Institut Ekonomi Politik Soekarno-Hatta mengungkapkan, saat ini petani lebih
melarat, anak-anaknya kurang pendidikan, menganggur, menjadi buruh murah, TKI, dan
bahkan menjadi korban perdagangan manusia.
“Ini karena hasil pertanian
dihancurkan secara sistematis oleh ketentuan bea impor pertanian hingga 0
persen. Padahal harga produk pertanian di negara maju, misalnya kedelai,
jagung, beras, dan gandum adalah harga subsidi dan dumping. Subsidi kepada petani dialihkan menjadi subsidi ke pabrik
pupuk dan benih,” ujar Hatta layaknya dilansir suaramerdeka kemarin. (Redaksi)*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar