Rabu, 16 Oktober 2013
Saatnya Mengubah Paradigma Pangan
Indonesia
Padeglang_Barakindo- Meski
hari ini adalah Hari Pangan Sedunia, namun tak ada perayaan yang dilakukan
seperti halnya pada peringatan hari kemerdekaan, hari kebangkitan nasional,
hari buruh, dan hari-hari besar lainnya. Hal ini tentu saja disesalkan banyak
kalangan, termasuk kalangan aktivis tani yang selama ini keras mengkritik
kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak petani dan pertanian.
Seperti
halnya yang diungkapkan Koordinator Nasional Protanikita, Bonang. “Seharusnya
Hari Pangan Dunia dijadikan momentum bagi pemerintah untuk introspeksi dan
mengubah paradigma pangan di negeri ini. Pemerintah tidak boleh menyandarkan ketahanan
pangan dari pangan impor,” ujar Bonang, di Mandalawangi, Pandeglang, Banten,
Rabu (16/10/2013).
Sikap
pemerintah yang tidak serius membangun ketahanan pangan nasional yang berbasis
produksi dalam negeri, membuat negeri ini menjadi tergantung pada pangan impor.
“Makanya tidak aneh kalau Indonesia belum siap menghadapi pasar bebas ASEAN
pada 2015 nanti. Soalnya urusan pangan di Indonesia masih sangat labil,”
tandasnya.
Sebagai
contoh, lanjut Bonang, sepanjang tahun 2011 saja, Indonesia telah mengimpor 3
juta ton beras, 2,8 juta ton jagung, 1,8 juta ton kedelai, 480 ribu ekor sapi,
3,8 juta liter susu, 150 ribu ton beras ketan, dan lainnya.
“Jumlah
itu akan terus bertambah. Karena beras miskin (Raskin) yang tersedia
digudang-gudang beras milik Perum Bulog, sudah banyak yang tidak layak
konsumsi. Belum lagi kuatnya kepentingan kelompok yang turut bermain
didalamnya,” jelas Bonang. (Redaksi)*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar