Rabu, 30 April 2014
Jakarta_Barakindo- Mantan aktivis
ITB yang juga tokoh aktivis buruh, Moh Jumhur Hidayat, menolak keras adanya
Calon Presiden (Capres) Boneka Asing. Ia beralasan, bahwa bangsa ini harus
berdaulat penuh dan menolak intervensi asing yang akan merampas kedaulatan
bangsa. “Kita ingin berdaulat penuh, sehingga harus menolak intervensi asing
yang akan mengurangi kadar nasionalisme kita sebagai bangsa,” ujar Jumhur
Hidayat, Selasa (29/4/2014) kemarin.
Kata dia, sesungguhnya, untuk melihat apakah seorang Capres itu boneka asing
atau bukan, sangat mudah sekali. “Kita bisa melihat dari rekam jejaknya selama
ini,” jelas Inisiator Aliansi Rakyat Merdeka (ARM) Pro PDIP (PDI Perjuangan)
ini.
Meski demikian, Jumhur menegaskan, kita juga belum tahu pasti siapa
saja yang akan menjadi Capres-capres lainnya pada Pilpres 2014 ini. Yang sudah
diketahui oleh rakyat, katanya, hanyalah Jokowi, karena telah diusung oleh dua
parpol, yakni PDIP dan Nasdem yang jumlah suaranya melebihi 25 persen. Smentara
yang lainnya belum tahu dan belum tentu bisa maju.
“Jadi, bisa saja nanti akan ada Capres boneka asing yang bisa
menggadaikan Indonesia,” tegas Mantan Kepala BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia) yang kini aktif menjadi Ketua Umum
Federasi Serikat Pekerja Maritim Indonesia (FSPMI) dan Pembina Gabungan Serikat
Pekerja Merdeka Indonesia (Gaspermindo).
Terkait dengan Capres Jokowi, Jumhur melihat rekam jejaknya jauh dari
kriteria Capres boneka asing karena apa-apa yang telah dilakukan dan
dikatakannya jauh dari kriteria tersebut. “Lihat saja, ketika ia (Jokowi- red)
ditawari pinjaman Bank Dunia untuk pengerukan sungai dalam program (Jakarta
Emergency Dredging Inisiative) langsung ditolak karena dianggap bisa
mengintervensi,” jelasnya.
Begitu juga, lanjut dia, ketika Jokowi berkoordinasi dengan berbagai
provinsi seperti yang terakhir ini adalah NTT untuk mendatangkan ternak sapi
dari NTT karena memang NTT bisa menjadi basis bagi industri peternakan,
sehingga bisa mengurangi impor sapi.
Selain itu, menurut Jumhur, Jokowi gandrung untuk memastikan petani
memiliki hasil panen yang baik sehingga bisa meningkatkan kuantitas hasil panen
yang akhirnya tidak perlu melakukaan impor pangan. “Dari cara hidupnya, jelas
sekali Jokowi menunjukkan kesederhanaan yang jauh dari "penikmat"
barang-barang impor,” tegas tokoh aktivis gerakan buruh itu seperti dilansir edisinews.com.
Bahkan, tandas Jumhur, dari rekam jejaknya sebagai pengusaha mebel,
Jokowi gandrung ekspor dengan membeikan nilai tambah (added value) bagi kayu
yang telah diolah dan ini artinya ia menolak ekspor bahan mentah atau primer
tanpa peningkatan nilai tambah.
“Dengan fakta-fakta ini, saya berkesimpulan bahwa Jokowi berideologi
kemandirian dalam tindakan, bukan dalam wacana sehingga saya yakin kelak
Indonesia akan semakin berdikari dalam ekonomi, dan bisa secara bertahap
mengurangi ketergantungan khususnya pada produk-produk asing termasuk
intervensi asing dalam pengelolaan sumberdaya alam Indonesia,” ucap Mantan
Aktivis ITB yang pernah dipenjara rezim Orde Baru di LP Nusakambangan itu. (Redaksi)*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar