Rabu, 20 Agustus 2014
Oleh:
Danil’s
DUKUNGAN kepada Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak) untuk terus menggulirkan desakan
kepada pemerintahan baru yang tak lama lagi segera dilantik, agar merombak Direksi
Perum Bulog, terus mengalir. Belakangan, sejumlah aktivis Banten Menggugat
Kejahatan Raskin (Bem Keras), mendatangi Saung Barak di Kelurahan Cilowong,
Taktakan, Kota Serang-Banten. Kedatangan para aktivis itu tak lain menyatakan kesiapan
untuk bersama-sama mendesak pemerintahan baru mencopot Direksi Perum Bulog yang
tidak pro rakyat tani nasional dan tidak mampu menyediakan Raskin yang layak bagi
masyarakat penerima manfaat.
Barak dan sejumlah organisasi pendukung lainnya memiliki fakta tak
terbantahkan soal buruknya kinerja Direksi Perum Bulog dalam menyediakan beras
bagi kebutuhan masyarakat penerima manfaat Raskin. Berikut ini beberapa fakta
yang belakangan ini terus mengemuka;
Pada Kamis (14/8/2014), Perum Bulog Subdivre Lebak-Pandeglang
menyalurkan 53.760 kilogram beras Raskin bercampur dedek bagi masyarakat
penerima manfaat di Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten. Beras itu
berasal dari Gudang Malingping, Kabupaten Lebak-Banten.
Sebelumnya, Perum Bulog Subdivre Lebak-Pandeglang juga menyalurkan
beras Raskin Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Inpres Perberasan, karena berwarna
kuning dan berdebu. Raskin itu disalurkan kepada masyarakat penerima manfaat di
Desa Hegarmanah, Kecamatan Penggarangan, Kabupaten Lebak-Banten.
Tak hanya di Kabupaten Lebak dan Pandeglang, persoalan buruknya
kualitas Raskin juga di keluhkan oleh Kepala Kelurahan Labuh Baru Barat, Kecamatan
Payung Sekaki, Kota Pekanbaru-Riau, Lukman Hakim. Diakuinya, banyak masyarakat
penerima manfaat yang komplain soal buruknya kualitas Raskin, seperti berkutu
dan bau apek.
Buruknya kualitas Raskin juga sempat membuat Bupati Garut berang saat
melakukan inspeksi mendadak digudang Bulog Garut, lantaran kualitasnya sangat
jelek. Tapi meskipun Bupati sempat marah, namun tetap saja Perum Bulog setempat
menyalurkan beras yang TMS Inpres Perberasan. Seperti halnya yang diterima
warga Desa Tarogong, Kecamatan Tarogong Kidul, Garut-Jabar. Mereka menerima
Raskin berwarna kekuning-kuningan dan berbau tidak sedap.
Sebelumnya, warga tujuh Desa, di Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, Nanggroe
Aceh Darussalam, mengeluhkan beras Raskin yang dinilai tidak layak konsumsi
karena bercampur dedak dan berwarna kekuning-kuningan serta yang mengeluarkan
bau tidak sedap.
Kemudian, Selasa (19/8/2014) kemarin, sekitar 120 orang massa aksi dari
Forum Masyarakat Peduli Raskin (FMPR) Lebak, Banten, menggelar aksi unjuk rasa
di Kantor Bulog Subdivre Lebak-Pandeglang. Mereka menuntut perbaikan kualitas
dan kuantitas Raskin, serta evaluasi terhadap kinerja Kepala Subdivre setempat.
Beberapa persoalan diatas hanyalah secuil dari segunung permasalahan
ditubuh Perum Bulog. Anehnya, persoalan-persoalan diatas selalu saja berulang
terjadi dan seakan tak terkoreksi. Karena anehnya, meski kasus-kasus itu diketahui
oleh Direksi Perum Bulog, namun seakan tidak mendapat tanggapan untuk dilakukan
perbaikan. Jangankan untuk mengenakan sanksi berat kepada para pejabatnya yang
lalai, bahkan “sengaja” mempermainkan
hak masyarakat miskin, sekedar untuk melakukan sidak pun mungkin tidak
dilakukan. Buktinya, para pejabat yang selama ini dikritisi habis-habisan karena
kinerjanya yang buruk, masih menguasai kursi empuk yang dibeli dari uang rakyat
miskin.
Belum lagi persoalan impor beras disaat produksi dalam negeri mengalami
surplus, dan “dikuranginya” Letter of
Credit (LC) untuk pembelian gabah petani lokal dengan alasan tidak ada
anggaran. Sementara disaat yang sama, Perum Bulog justeru mengalokasikan
anggaran sekitar Rp.1,4 triliun untuk mengimpor beras petani asing sebanyak
500.000 ton. Padahal, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, bahwa produksi padi
tahun 2013 kemarin saja mencapai 71.279.709 ton dengan produktivitas sebesar
51,52. Produksi padi tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang
sebesar 69.056.126 ton dengan produktivitas sebesar 51,36. Kenyataan tersebut
menjadi deskripsi sepintas mengenai besarnya produksi beras Indonesia.
Merujuk pada sejumlah fakta yang mengemuka itulah, makanya Barak Barak
dan sejumlah organisasi pendukung lainnya mendesak pemerintahan baru yang akan
segera dilantik, agar merombak Direksi Perum Bulog saat ini, dan menempatkan
figur-figur yang pro Gakin dan rakyat tani nasional, agar hak-hak dasar
masyarakat penerima manfaat Raskin dan rakyat tani nasional terlindungi. ***
Penulis adalah:
Koordinator Nasional Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak), dan
Pemred Barak
Online Group
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar