Senin, 02 Februari 2015
KMP Jadi Korban

JAKARTA- Dalam beberapa waktu belakangan ini, publik selalu saja berasumsi, bahwa yang memegang kendali didalam lingkaran Istana Negara adalah Kalla, Mega dan Paloh (KMP). Kekuatan politik KMP dianggap seolah-olah menjadi pemegang kendali dibelakang kebijakan-kebijakan Istana (Presiden-red) yang kontroversial.

Pemelintiran isu itulah yang membuat publik tidak mengetahui, sesungguhnya ada kekuatan lain yang sejak awal menyusup. Kekuatan itu pula yang disinyalir menutup akses KMP. Sementara Jokowi sendiri masih diam dan terus mengamati siapa saja yang sesungguhnya menjadi “pemain” pasca ditutupnya akses KMP ataupun PDI Perjuangan.

Berhembusnya isu KMP menguasai Istana disinyalir tak lepas dari propaganda politik dan ekonomi orang-orang yang berada dibalik Trio Macan. Maka tidaklah heran, jika setiap kali intelektual dan aktivis di undang ke Istana, selalu saja dikaitkan seolah-olah untuk memutus belitan KMP terhadap Jokowi. Disinilah penyesatan informasi itu terjadi, sehingga terbangun persepsi, bahwa Megawati ataupun KMP-lah yang selalu mengganggu Jokowi. Padahal secara persis, tidak ada kekuatan pada garis politik Megawati yang berperan aktif dalam setiap kebijakan Istana, melainkan tiga kekuatan paling berpengaruh , yakni kelompok yang dikenal dengan sebutan Trio Macan Istana.

Lalu Siapakah Trio Macan Istana ???
Seperti dilansir, http://m.kompasiana.com/post/read/720397/1/trio-macan-istana-di-ring-satu-jokowi-.html, Trio Macan yang disebut-sebut tengah menjajah Istana Merdeka saat ini, terdiri atas Rini Soemarno, Andi Widjojanto, dan Luhut Panjaitan. Mereka disebut-sebut sebagai pihak yang secara riil punya kekuatan politik dan memiliki akses langsung pada kebijakan-kebijakan strategis Presiden Jokowi.

Arah politik Trio Macan Istana itu berada pada garis edar “Liberalisme Ekonomi” yang menjadikan Amerika Serikat sebagai pusat kekuatan politiknya. Kelompok Trio Macan dengan cerdik berhasil menghancurkan kekuatan-kekuatan pokok PDI Perjuangan yang berhaluan Nasionalis-Sukarnois. Kelompok ini juga dengan lihai mengarahkan persepsi publik sehingga berasumsi bahwa PDI Perjuangan adalah “partai yang harus dicoreng dari pandangan publik”.

Sebelum lebih jauh membahas kiprah “Trio Macan Istana”, ada baiknya terlebih dahulu membahas peta perebutan pengaruh dalam konstelasi politik Internasional di Asia Tenggara.

Wilayah Asia Tenggara adalah yang paling di incar oleh raksasa-raksasa politik dunia. Bung Karno sendiri melihat Asia Tenggara sebagai wilayah yang harus dibebaskan dari pengaruh  imperialisme, sehingga Bung Karno membentuk agenda politik dimana Indonesia menjadi salah satu pemain kuat di Asia Tenggara.

Peta geopolitik itulah yang hingga kini masih menjadi kaidah penting bagi strategi diplomasi, bahwa masa depan dunia berada di Pasific. Karenanya, siapapun yang hendak menguasai dunia, maka terlebih dahulu haruslah menguasai Indonesia. Akibatnya, Indonesia berada ditengah pertarungan kepentingan besar yang melibatkan Amerika dengan jejaring zionisnya dan China. Peta geopolitik ini harus dipandang sebagai faktor eksternal yang setiap saat akan berebut mempengaruhi kebijakan Jokowi-JK.

Gerakan Trio Macan !!!
Rini Soemarno dikenal sebagai orang dekatnya Megawati. Namun belakangan hubungan keduanya memburuk. Yang perlu publik ketahui, masuknya nama Rini Soemarno dalam kabinet Jokowi-JK bukan berasal dari Megawati, sehingga arah politik Rini Soemarno sangat penting untuk dicermati. Karena Rini dipandang sebagai orang dekat Megawati yang kemudian menyeberang untuk membangun pesan bahwa Megawati keras kepala dan cenderung memaksakan kehendak.

Sejak awal, Megawati menolak Rini Soemarno masuk kedalam Kabinet Jokowi-JK, tapi Rini terus mendesak agar Jokowi memasukan namanya menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tujuannya, masih dilansir , http://m.kompasiana.com/post/read/720397/1/trio-macan-istana-di-ring-satu-jokowi-.html, adalah untuk menguasai sektor-sektor energi di BUMN.

Nah, disinilah aktor dibelakang Rini memainkan peran penting dalam merebut sumber daya migas Indonesia. Sikap Megawati yang tidak mencalonkan Rini memang mengherankan, tapi mungkin itulah indera ke-enam Megawati bekerja. Kepekaan akibat penderitaan yang terlalu lama karena menyandang nama besar Bung Karno. Atas dasar kepekaan indera ke-enam pula yang mendorong Megawati menyodorkan nama Susi Pudjiastuti yang kemudian menjadi “menteri paling berbakat” dalam pemerintahan Jokowi-JK. Sehingga tidaklah heran jika menteri Susi lah yang kini paling dekat dengan Megawati.

Semula, secara personal Rini memang dekat dengan Megawati. Namun, kedekatan itu sifatnya hanya persahabatan, sehingga Megawati tidak menyangka bahwa dibalik itu, Rini memiliki skenario besar untuk menguasai industri migas tanah air. Rini memang sengaja disusupkan. Kedekatan Rini dengan Megawati memang tak bisa dinafikkan, bahkan hubungan keduanya semakin erat saat Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI, sehingga muncul istilah tiada hari dalam kehidupan Megawati tanpa kehadiran Rini Soemarno. Sejak itulah pengaruh politik Rini mulai dijalankan. Bahkan, setelah mendekati masa kampanye Pilpres di 2014, Rini membujuk Megawati agar mau membuka kantor kampanye di kantornya, dibilangan Mega Kuningan, Jakarta.

Kemudian Rini juga yang memfasilitasi kegiatan sukarelawan intelektual, yang kemudian dijadikan alat politiknya dalam posisi tawar-menawar dengan Megawati. Sementara, sebelum itu Megawati telah membentuk tim yang dikenal dengan nama “Tim Sebelas”. Tim itu digawangi oleh Andi Widjojanto yang saat itu dipercaya untuk mengkoordinir jaringan sukarelawan. Tim sebelas dibentuk pada tahun 2013, bukan 2014 seperti yang pernah dilontarkan Andi Widjojanto pada salah satu media masa.

Lalu apa kira-kira yang melatarbelakangi pemelintiran waktu pembentukan Tim sebelas itu oleh Andi Widjojanto??? Itu disinyalir untuk mengacaukan logika waktu, agar publik tidak mengetahui bahwa Andi Widjojanto ditugaskan untuk mendorong Megawati untuk maju dalam Pilpres. Tapi hal itu gagal, karena saat itu Andi tidak memiliki kemampuan yang bisa mengcreate sebuah tim untuk membentuk kekuatan politik. Tim sebelas itu untuk memantau suasana politik dan keinginan rakyat, baik lewat survey maupun media masa.


Namun, pada sekitaran November 2013, Jokowi sudah muncul. Sehingga kemunculan Jokowi di Kuningan membuat Rini Soemarno langsung lengket. Lekatnya hubungan Rini dengan Jokowi menghempaskan wacana Mega-Jokowi, sehingga hanya satu nama yang muncul, yakni “Harus Jokowi”. Maka tidaklah heran jika kemudian muncul pertanyaan, siapa dibelakang Rini sehingga memiliki kemampuan menciptakan skenario politik, dan berani memilih sikap berseberangan dengan Megawati yang kala itu masih sebagai sahabatnya??? Ibarat pepatah, Megawati pun seperti “habis manis sepah dibuang”. Jika dahulu setiap hari selalu lengket dengan Megawati, sekarang malah menganggap Megawati “tidak ada”. (BERSAMBUNG)*

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Kategori Berita

Recent Posts


Statistik Pengunjung