Rabu, 04 Maret 2015
Dipenuhi Kutu, Belatung &
Ulat Kebun
Rangkuman
BURUKNYA kualitas beras bagi masyarakat miskin (raskin) di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan. Sejumlah Kepala Daerah (Kepda) dan Anggota DPR pun sudah mulai menyampaikan protes keras. Protes itu dinilai sangat mendasar jika merujuk dari berbagai fakta, betapa bayak kasus raskin Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Inpres Perberasan yang diungkap media masa.
BURUKNYA kualitas beras bagi masyarakat miskin (raskin) di Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan. Sejumlah Kepala Daerah (Kepda) dan Anggota DPR pun sudah mulai menyampaikan protes keras. Protes itu dinilai sangat mendasar jika merujuk dari berbagai fakta, betapa bayak kasus raskin Tidak Memenuhi Syarat (TMS) Inpres Perberasan yang diungkap media masa.
Belakangan, anggota Komisi IV DPR RI, KRT Darori, menyatakan kekecewaannya
saat mengetahui kondisi raskin yang disalurkan jajaran Perum Bulog Divre Jateng
tidak layak konsumsi. Saat Sidak ke Desa Tanjungsari, Kecamatan Petanahan, Kabupaten
Kebumen, Darori mendapati raskin yang masih tersisa sudah dalam kondisi
memprihatinkan. Karena selain warnanya kuning, raskin itu juga bau apek, dan
berkutu.
Tidak hanya itu, ketika di timbang pun, ternyata beratnya tidak sesuai
dengan yang tercantum pada label. Jika pada label tertulis berat netto 15 Kg,
saat ditimbang hanya seberat 13 Kg (selisih 2 Kg per karung). Diketahui, raskin
untuk 19 Kecamatan di Kebumen, dipasok dari Gudang Bulog Butuh, Purworejo.
Buruknya kualitas beras raskin di Jateng juga membuat Bupati Pemalang,
H Junaedi, marah besar. Pasalnya, Senin (2/3/2015) kemarin, ia menemukan beras
raskin yang TMS Inpres Perberasan (buruk) di gudang Bulog Kedung Kelor, Tegal.
Sejumlah pegawai Bulog pun diwanti-wanti oleh Junaedi agar mengganti beras
dalam gudang itu dengan beras yang baru.
Fakta mencengangkan soal buruknya pengelolan beras raskin pada jajaran Perum
Bulog Divre Jateng diungkapkan anggota Komisi IV DPR, Darori Wonodipuro. Dia
mensinyalir, raskin hanya berputar dari gudang, masyarakat, kembali ke gudang. "Masyarakat
ada yang menjual raskin kepada pengepul. Oleh pengepul, dijual ke mitra Bulog.
Oleh mitra Bulog, dijual lagi ke Bulog. Bagaimana raskin bisa berkualitas baik
kalau hanya mutar saja". Demikian Darori, Senin (02/03/2015) kemarin.
Dipenuhi Kutu, Belatung &
Ulat Kebun
Tidak hanya itu, raskin TMS Inpres Perberasan (tidak layak konsumsi-red) juga ditemukan di Desa Dermasuci,
Kecamatan Pangkah. Raskin itu berada dalam kondisi berkutu dan dipenuhi
belatung. Selain itu, raskin juga berdebu, menjamur, berwarna hitam dan
pecah-pecah seperti menir.
Kepala Desa Dermasuci, Mulyanto, menyatakan kekecewaannya saat melihat raskin
sebanyak 2.115 kilogram itu, tidak hanya berkutu dan dipenuhi belatung, tapi
ternyata juga dipenuhi ulat kebon. Raskin itu, kata Mulyanto, diperoleh dari
Gudang Bulog Desa Munjungagung, Kecamatan Kramat (Gudang Bulog Sub Divre VI
Pekalongan).
Selain itu, raskin tidak layak konsumsi juga ditemukan oleh Ketua DPRD Banjarnegara,
Saeful Muzad saat melakukan Sidak di Gudang Bulog Purwanegara, Kab.
Banjarnegara, Senin (2/3/2015) kemarin. Dalam sidak itu, Saeful menemukan beras
yang selain pecah dan remuk (menir-red),
beras juga bau dan sebagian sudah berkutu.
Sidak itu dilakukan Saeful setelah mendapat banyak laporan dari
masyarakat, terkait jeleknya kualitas raskin diwilayah Banjernegara.
Terbaru, buruknya kulaitas raskin membuat Bupati Tegal, Enthus Susmono
kecewa. Dia merasa dibohongi Perum Bulog Sub Divre VI Pekalongan, karena saat
dirinya Sidak ke Gudang, pihak Bulog memperlihatkan beras berkualitas bagus.
Kekecewaan itu dinilai sangat wajar, karena raskin yang disalurkan ke warganya justeru
berbeda 180 derajat dari yang diperlihatkan kepadanya saat Sidak. Karenanya, Enthus
meminta jajaran Perum Bulog Divre Jateng itu membedakan antara beras dengan
menir.
Selanjutnya, temuan buruknya kualitas raskin di Jateng juga ditemukan di
Desa Kendayakan, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal, kemarin. Pasalnya, raskin
yang disalurkan berkutu, pecah-pecah, dan bau apek.
Kepala Desa Kendayakan, Effendi, mengakui kualitas raskin yang dibagikan kepada warganya jelek. Kata Effendi, banyak warganya yang mengeluhkan raskin yang bau apek dan pecah-pecah seperti menir.
Kepala Desa Kendayakan, Effendi, mengakui kualitas raskin yang dibagikan kepada warganya jelek. Kata Effendi, banyak warganya yang mengeluhkan raskin yang bau apek dan pecah-pecah seperti menir.
Pada bagian lain, kasus yang cukup mengagetkan dan bernuansa penghinaan
terhadap lembaga negara (DPR-RI) terjadi di Gudang Bulog Solo, Jateng.
Pasalnya, anggota Komisi II DPR asal Partai Gerindra, Bambang Riyanto, ditolak pihak
Bulog saat akan melakukan inspeksi mendadak di Gudang Bulog, di Jalan
Solo-Sukoharjo, Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, pada Rabu (25/2/2015)
lalu.
Kepala Gudang Bulog beralasan, pihaknya menolak Sidak oleh matan Bupati
Sukoharjo itu, karena tidak sesuai dengan Standard
Operating Prosedur (SOP).
Sangat disayangkan, niat baik anggota DPR untuk melihat langsung
kondisi beras yang akan disalurkan kepada masyarakat penerima manfaat raskin
itu mendapat penolakan dari pihak Bulog. Sebenarnya apa yang ingin disembunyikan
jajaran Bulog Divre Jateng dari DPR yang memang memiliki fungsi kontrol?
Melihat begitu banyaknya kasus raskin TMS Inpres Perberasan yang
mengemuka di Provinsi Jateng, publik berharap, agar Gubernur Ganjar Pranowo
segera bertindak untuk melindungi hak-hak dasar WONG CILIK ?!?***
Oleh: Redaksi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar