Senin, 23 Maret 2015
Oleh: Bonang
JIKA bukan karena relawan, maka dapat dipastikan Jokowi tidak akan
terpilih menjadi Presiden! Suara-suara seperti ini konon cukup ngetren dikalangan relawan. Ada kata
kunci yang bisa disimpulkan, bahwa relawan harus diakomodir dalam pemerintahan
Jokowi-JK.
Meski ada yang pasti menjadi pertanyaan lanjutan? Relawan yang mana? Apa
mungkin semua yang berbaju kotak-kotak disebut relawan? Jika kita adalah bagian
dari Revolusi Mental, maka kesadaran pertama adalah kesadaran ontologis. Siapa
diri kita, sehingga layak mendapatkan apresiasi? Meski disatu sisi Jokowi pun
pasti memikirkan bagaimana menampung kuantitas minus kualitas dengan tujuan
yang sama, menjamin kesejahteraan bersama. Bukan sekedar kesejahteraan
individual.
Layakkah mantan narapidana korupsi dijadikan Menteri? Layakkah Ketua
Ormas minus prestasi dijadikan Dirut Badan Usaha Milik Negara (BUMN)? Apa yang
berbaju kotak-kotak didepan Jokowi lebuh baik dari mereka yang bekerja
meyakinkan masyarakat pelosok memilih Jokowi? Jika demikian, maka
pertimbangannya bukan sekedar kerelawanan semata, tapi kompetensi dan
profesionalisme.
Apa jadinya jika mantan narapidana korupsi dijadikan pejabat di era Revolusi
Mental? Alih-alih bicara pemberantasan korupsi malah jadi bumerang dan bahan
olok-olokan.
Juga yang kebetulan menjadi Menteri, kebetulan terpilih menjadi Dirut/Komisaris
BUMN, apa yang sudah dilakukan? Yang ada harga-harga justeru melambung tinggi,
susu tak terbeli, beras tak terkendali justeru ketika gabah tersuruk, beras miskin
(raskin) tidak layak konsumsi, dolar menanjak justru ketika arus impor makin
melaju. Bencana energi, bencana pangan dan bonus demografi tinggal menunggu
hari. Mestinya juga sadar diri potensinya lebih gagal mengawal Jokowi.
Alih-alih mengakselerasi, justeru menambah beban. Kesadaran Revolusi
Mental justeru diperlukan dimasa kritis ini. Kerja, kerja, kerja Revolusi
Mental juga kerja cerdas yang memberikan hasil optimal, bukan justeru dekadensial.
Jika kesadaran itu belum juga ada disemua level dan tingkatan, maka siap-siaplah
berteriak, “Selamat Tinggal Revolusi Mental !!!”.
Penulis
Adalah: Koordinator Nasional Protanikita
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar