Kamis, 18 Februari 2016
Danrem Minta Jangan Main-Main Dengan
Stok Pangan, Gubernur pun Surati Pemerintah Pusat
NTB_Barakindo- Amburadulnya pengamanan
stok pangan ditangan Perum Bulog Divisi Regional Nusa Tenggara Barat (Divre NTB),
membuat semua pihak di daerah lumbung pangan nasional itu angkat bicara. Jika
sebelumnya Gubernur NTB, TGH Muhammad Zainul Majdi, melontarkan kritik pedas
dihadapan Presiden Joko Widodo, kini giliran Komandan Korem (Danrem) 162 Wira Bhakti,
Kolonel CZI Lalu Rudy Irham Srigede ST, M.Si yang meminta Bulog tidak main-main
dengan stok pangan.
“Area pertanian di NTB cukup luas, dan pemerintah melansir produksi
gabahnya surplus. Setiap tahun Rakyat Tani NTB mampu memproduksi gabah hingga
2,1 juta ton. Masa sekedar membeli
100 ribu ton beras saja Perum Bulog tidak mampu,” ujar Danrem usai sosialisasi
Proxi War, di Taliwang, Selasa (16/2/2016).
Menurutnya, ada yang mencoba bermain dengan kebijakan pemerintah soal
pengamanan stok pangan. “Ada dugaan, gabah/beras produksi lokal tidak diserap
dan harganya dibiarkan anjlok saat panen raya ataupun panen gadu. Kemudian saat
terjadi kelangkaan, maka beras dari luar dibawa masuk untuk dijual dengan harga
tinggi,” bebernya.
Permainan seperti itu, katanya lagi, berimbas pada Rakyat Tani lokal.
Keluhan-keluhan melonjaknya harga beras semakin meningkat, sehingga membuat
pemerintah harus mengeluarkan kebijakan untuk mengamankan harga gabah. “Salah
satu contohnya di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), setiap musim panen selalu
bermasalah karena anjloknya harga gabah, sehingga ada indikasi kuat adanya
permainan oknum-oknum Bulog,” tegasnya.
Sementara, Asda II Pemrpov NTB mempertegas sikap Gubernur NTB yang akan
menyurati pemerintah pusat, agar mendesak Perum Bulog menyerap gabah/beras
produksi Rakyat Tani lokal. “Gubernur akan mengirim surat ke pemerintah pusat
agar pada musim panen tiba, Bulog bisa menyerap semua beras yang ada dipetani,”
ujar Asda II Pemprov NTB, Lalu Gita Aryadi, Selasa (16/2/2016).
Bukan hanya itu, pemerintah pusat juga harus mampu menjaga agar harga
beras Rakyat Tani lokal tidak anjlok saat musim panen raya dan panen gadu,
karena sangat merugikan Rakyat Tani Lokal.
Sebelumnya, Gubernur NTB mendesak pemerintah pusat segera membenahi
keberadaan Perum Bulog, karena selama ini tidak pernah menyerap beras rakyat
tani lokal 100 persen. Hal itu ditengarai, agar Perum Bulog Divre NTB bisa
menyerap beras impor dari luar.
Menurutnya, modus yang biasa dilakukan, setiap diberikan target
penyerapan, selalu berdalih tidak bisa. Sehingga mereka akan mengajukan kepada
pemerintah pusat untuk dikirimkan beras impor. “Itu hanya akal-akalan Bulog
saja agar bisa menyerap beras dari luar,” tandasnya.
Dipihak lain, Koordinator Nasional Barisan Rakyat Anti Korupsi (Barak),
Danil’s menilai, amburadulnya pengamanan stok pangan di NTB adalah fakta bahwa
saat ini Perum Bulog belum dikelola oleh tangan yang tepat.
“Kami mendesak pemerintah segera mengevaluasi kinerja jajaran Perum
Bulog, agar tidak selalu merugikan negara dan rakyat. Perum Bulog harus berada
ditangan figur yang memihak Rakyat Tani dan memahami arti ketahanan pangan
dalam negeri. Karena negara ini tidak akan pernah berdaulat selama pangannya
belum berdaulat,” tegasnya. (Red)*
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar